Pasar Majalaya

sekiranya aku dan kluargaku utk sampai ke pasar baru majalaya, hanya membutuhkan waktu sekitar 1/4 jam sekiranya oprasional yg digunakan, menggunakan kendaraan bermotor bagi yg memiliki kndaraan. Lain hal klu dtempuh mggunakan delman. Dan memang, itu kendaraan umum yg ada yg biasa digunakan masyarakat kec. majalaya disana.

Majalaya merupakan kota kecamatan kecil yg sembrawut dan dikelilingi kawasan industri. Karena pengaturan lalulintas yang carut marut, jalan trotoar yg seharusnya bagi pejalan kaki, skarang ini bnyak dipadati pedagang2 dan sebagian bahu jalan dipergunakan tempat pengeteman angkut untuk turun/naik para penumpang.

Tata kota majalaya, klu dibandingkan dulu swaktu aku masih sekolah, dengan sekarang. Jauh berbeda, kalau dulu masih enak dipandang, egk serame sekarang. Sekarang penataannya carut marut, bayak pasilitas umum yg bralih fungsi, krn tidak dikelola dengan baik. Semisal, terminal yg seharusnya tempat menaikan dan menurunkan penumpang, sekarang terminal malah penyempitan, dikarenakan sebagian lahan terminal dipergunakan pedagang. Disamping itu, alun2 majalaya yg seharusnya menjadi tempat beraktifitas masyarakat dipergunakan tempat parkir, dan disamping dipergunakan pedagang juga.

Dampak dari semua itu, selain mengakibatkan rawan macet, dan tat kala hujan turun mengakibatkan banjir. Dikarenakan tatkala hujan tiba, sampah yg menyangkut digorong2 dimana tempat air melintas. Susah dibetulkan krn diatas gorong2 itu, terhalang pedagang.

Hal ini menjadi masalah yg komplek, dan rumit. krn dari segi sisi pedagang tdk mau disalahkan, krn para pedagang dgn alih2 sudah membayar retribusi kpd petugas pengelola. Lalu muncul pertanyaan buat kita, kemanakan uang retribusi dari pedagang yg selama ini setorkan?? Bukan kan itu untuk membangun.

Dgn kejadian seperti ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan solusi terbaiknya bagi masyarakat kota majalaya. Agar supaya kota malaya menjadi kota aman, nyaman, bersih, bertakwa dan berwibawa.