Manis di mulut

Dan diantara manusia ada yang ucapanya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah apa yang ada dalam hatinya, padahal ia adalah penantang (musuh) yang paling jahat (QS :204)

Ayat tersebut di atas merupakan sindiran Allah SWT kepada manusia bahwa ada diantara mereka yang tutur kata penampilan, dan sikapnya sangat mempesona, sehingga menarik orang banyak. Orang seperti ini dalam setiap pembicaraan seolah-olah sangat mengerti dan menguasai segala persoalan, bahkan dengan dengan mudah mampu mengutip ayat-ayat Allah untuk menguatkan argumentasinya, kalau perlu mengucapkan sumpah demi Allah, agar orang menganggap sebagai pendekar kebenaran yang mempunyai cita-cita yang luhur untuk keselamatan umat manusia. Padahal kata Allah di akhir hayat, ia hanyalah seorang pembengkang dan musuh paling jahat terhadap kebenaran.

Inilah karakter pribadi yang dalam bahasa agama dinamakan munafik, manis dimulut, namun kesat dihati. Orang semacam ini biasanya banyak bicara semakin banyak bohongnya. Kebohongan adalah senjata dan pakaian sehari-harinya karena dengan kebohongan, dia akan lebih aman dan selamat

Kebohongan yang ia lontarkan, pada hakekatnya, mengandung maksud-maksud jahat, sehingga berdampak pada rusaknya tatanan masyarakat. Akhirnya kekacauan dan kegelisahan masyarakat sulit di kendalikan. Buya hamka dalam tafsinya mengatakan, “Mulut manis jangan lekaslah dipercaya sebab lidah tidak bertulang. Orang dapat memutar lidah menurut keadaan. Seribu persoalan bisa diciptakan seribu alas an”.

Firman Allah mengatakan, Sesungguhnya yang melakukan kebohongan itu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itu orang-orang pendusta. (QS 16:104)